Setiap orang dilahirkan memiliki bentuk yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda, dan juga sifat dan perilaku yang berbeda pula. Begitu juga dalam prinsip sebuah kehidupan, setiap orang memegang kendali atas kehidupannya masing-masing.
Dalam setiap masalah yang terjadi, setiap orang memiliki cara masing-masing pula untuk menghadapi dan mencari solusinya. Ada yang mengedepankan hati ada pula yang selalu memakai logika ketika harus mengambil keputusan. Jika kedua sudut pandang tersebut menjadi bentrok, bisa dibilang orang tersebut akan mengalami kondisi dimana logika dan hatinya tidak singkron satu sama lain, dan akhirnya ia kebingungan mau pakai hati, atau logika nih,,,.
Selama ini memang kita dibiasakan untuk berpikir bahwa logika dan perasaan adalah dua hal yang berlawanan yang saling bertolak belakang satu sama lain. Seberapa sering sih kita mendengar atau bahkan kita yang mengucapkan kalimat-kalimat seperti ini:
- "Pahami dong perasaanku,,"
- "Ah, nggak logis, pasti emosi nih yang bermain"
- "Ngomong itu pakai otak, jangan pakai emosi"..
Logika itu lebih penting lho, perasaan itu nggak masuk akal, perasaan itu lebih penting, logika itu tidak bermoral.
Logika dan perasaan ini seperti dua kutub yang berlawanan jadinya, yang kalau diartikan kalau kita pakai logika dan logika itu yang benar, maka perasaan yang salah, atau sebaliknya. Padahal salah atau benar kan nggak benar-benar absolut, melainkan tergantung dari konteksnya, situasinya, persepsinya dari masing-masing individu tersebut.
Orang menggunakan logika bukan berarti dia tidak berperasaan, dan orang yang menggunakan perasaan bukan berarti dia tidak logis. Baik logika maupun perasaan keduanya saling terkait dan dapat menginterpensi satu sama lain, kalau secara umum bisa dibilang "Logika diartikan sebagai suatu ilmu yang membantu dalam berpikir dan bernalar". Sedangkan emosi dan perasaan adalah "hasil reaksi dalam diri manusia terhadap sebuah rangsangan. Oleh karena itu disini saya akan memberikan penjelasan mengenai dua sudut pandang yang berbeda namun sebenarnya sama yang mungkin hal ini bisa dijadikan referensi bagi Anda untuk memilih dan mengambil keputusan yang tepat, kita bedah satu-satu :
Pertama Kata Hati
Sebenarnya kata hati ini mengarahkan kita untuk berani mengambil resiko selain itu mengikuti kata hati membawa kita untuk melalui perjalanan sebuah kehidupan yang menajubkan sehingga kita berani untuk keluar dari zona nyaman. Tapi terkadang kita lebih memilih untuk mengabaikan kata hati tersebut, kenapa? karena kita takut untuk mengalami hal-hal yang tidak terduga, namun demikian ketika kita mencoba untuk lebih mendengarkan kata hati sebenarnya kita akan merasakan beberapa perbedaan dalam hidup kita. kita bahas mengenai logika.
Logika atau pikiran lebih cenderung kepada rasional dan praktis, sebenarnya logika adalah jalan pikiran yang masuk akal, istilah ini mungkin kita sering dengar dalam kehidupan sehari-hari bersanding dengan kata logis dimana kata logis tersebut memiliki makna masuk akal sehingga untuk mendapatkan jawaban saat menentukan pilihan sering kali terletak pada situasi dan pengalaman seseorang. Terus apa yang harus kita lakukan dalam mengambil keputusan ?.
Hal yang harus kita lakukan adalah kita pahami dulu kedua sudut pandang yang berbeda ini, mereka ini seperti penasehat yang terkadang berbeda pendapat, mereka memainkan peran dan cara yang berbeda-beda pula, tapi bukan berarti antara logika dan hati ini tidak bisa kita seimbangkan. Keputusan yang tepat bisa kita dapatkan dengan cara menyeimbangkan penggunaan logika yang kuat dengan dosis perasaan yang sehat, kuncinya adalah kesadaran, dan tanggung jawab.
Pikirkan nalarmu secara matang dan rasakan kehadiran emosimu secara bijak. Membuat keputusan berdasarkan logika saja berpotensi menghasilkan keputusan yang kaku dan tanpa makna, sehingga dapat membuat kita kehilangan arah, layaknya seni dan sains yang bisa hidup berdampingan, logika dan perasaan pun sama, namun kita perlu mengingat perannya masing-masing. Kapan waktu yang tepat untuk mendahulukan logika atau kapan waktu yang tepat untuk mendahulukan perasaan. Kalau dua-duanya sudah seimbang kita tidak akan terjebak pada keputusan yang salah , ketika kita bisa melibatkan logika dan perasaan untuk mengambil keputusan insyaAllah keputusan tersebut adalah keputusan yang terbaik, tapi tetap jangan terburu-buru dan teteaplah tenang berikan kesempatan kepada hati dan perasaanmu untuk saling berdialog satu sama lain dan pada akhirnya kamulah aktor utama yang bisa membuat keputusan tersebut, jadi jangan lagi Anda benturkan antara hati dan logika ketika mengambil keputusan. Terimakasih.
1 komentar untuk "Mengambil Keputusan Berdasarkan Perasaan atau Logika ? | ARTIKEL MOEJIB MUSHOFFA"